Kamis, 09 September 2010

Pesebakbola Muslim Dikancah Eropa

1.  Mesut Ozil : Membaca Al-Qur'an sebelum bertanding


Mesut ozil, demikianlah sebutan untuk pemain ini. Dia merupakan salah satu talenta terbesar jerman dan Sejak cideranya michael ballack dia menjadi andalan timnas jerman. Pemuda sopan berambut jabrik ini sejak lama menjadi sensasi, terhitung dari tahun 2007 persatuan sepakbola Jerman dan Turki memperebutkan pria kelahiran Gelsenkirchen ini bak memperebutkan bocah yang hilang. Akhirnya, Özil menolak tawaran turki dan bermain untuk tim nasional Jerman. Dan Sejak itu Özil secara resmi menanggalkan kewarganegaraan Turki dan beralih menjadi Jerman. Meski tim nasional Turki menuntut kembalinya ‘si anak hilang’. Demikian sepenggal kisah ozil sang sutradara lapangan tengah berdarah Turki yang memilih untuk meninggalkan tanah leluhurnya.
Kebintangan mesut ozil mencuat sejak bergabung dengan klub Werder Bremen, Bremen menggaet Ozil dari Schalke pada 31 Januari 2008 dengan nilai transfer EUR 4,3 juta. Dia dikontrak sampai 30 Juni 2011. Di musim pertama bersama Bremen, Ozil langsung menjadi starter yang selalu terlihat berbahaya saat bola berada di kakinya. Özil memiliki kelebihan di kaki kiri. Dengan kemampuan mengolah bola, jago tendangan bebas, dan jago memberi assits,Dia menjadi andalan di lini tengah Werder Bremen.Bersama Bremen dia mengantarkan juara Piala Jerman (DFB Pokal) tahun 2009, yang pada final melawan Bayer Leverkusen yang berakhir 1- 0 itu, dia mencetak satu-satunya gol untuk kemenangan werder bremen.
Selain mengantarkan werder bremen juara, Mesut Ozil terpilih sebagai pemain terbaik Bundesliga paruh musim 2009-2010. Penentuan pemilihan pemain bola terbaik Bundesliga tersebut diadakan harian olahraga Jerman Kicker. Kemenangan Ozil diperoleh setelah menyisihkan dua kandidat kuat lainnya, yaitu striker Bayer Leverkusen Stefan Kiessling, yang juga merupakan top scorer sementara Bundesliga diurutan kedua dengan 22,9 persen suara serta gelandang kawakan Hamburg SV, Ze Roberto yang berada di urutan ketiga dengan perolehan 9,6 persen suara. Ozil sendiri didukung 38,1 persen di antara 228 pemain yang menjadi responden.

Untuk karir internasionalnya, Özil dipanggil untuk tim U-17 Jerman pada bulan September 2006. Dan kemudian di tahun 2007 ia telah menjadi pasukan tim U-21 Jerman. Puncaknya pada tanggal 29 Juni 2009 Özil menjadi man of the match pada final Piala Eropa U-21 dimana kala itu Jerman menundukkan Inggris dengan skor 4-0 , Ozil sang maestro menyumbangkan 1 gol dan 2 assist pada laga tersebut. Penampilannya yang menawan di tim U-21 membuat pelatih jerman Joachim Loew memberikan kesempatan kepadanya untuk masuk tim senior Jerman. Debut pertamanya untuk tim nasional yaitu pada saat Jerman melakoni pertandingan persahabatan kontra Norwegia pada tanggal 11 Februari 2009. Dan kini Mesut Özil menjadi salah satu ‘tank tempur’ muda tim panzer. “Oezil adalah hadiah bagi sepak bola Jerman”.ujar loew.
ozil:
Sebagai pemain yang beragama muslim ,mesut ozil tidak lupa menglafalkan ayat-ayat suci al-quran sebelum bertanding dan menganggap dirinya peraduan dua budaya. Turki dan Jerman. “Teknik dan rasa mengolah bola berasal dari Turki yang juga leluhur saya. Adapun disiplin, sikap, dan keinginan selalu sempurna di lapangan merupakan bagian diri saya sebagai orang Jerman,” ujar pemain kelahiran 15 October 1988 itu.
ozil:
Hubungan asmara mesut ozil baru tercium saat Perayaan ulang tahun ke-111 Werder Bremen , Gelandang Jerman berusia 21 tahun itu telah menjalin hubungan dengan Anna-Maria Lagerblom. Hubungan mereka sudah terjalin sejak Mei 2009, tapi baru ketika perayaan itulah mereka berdua tampil di depan publik.”Saya tak mau mengomentari pertanyaan tentang kehidupan pribadi,” ucap Oezil sambil tersenyum . Anna-Maria adalah adik dari penyanyi Jerman yang pada bulan Juni 2010 telah berganti agama yaitu Islam sesuai dengan keyakinan Ozil.
ozil:
 
 
 

2.  Frederic Kanoute: Muslim di Luar dan Dalam Lapangan


Tak banyak pesepak bola Muslim yang mau menunjukkan identitas keislamannya di lapangan hijau. Pengecualian itu tak berlaku buat Frederic Kanoute. Penyerang klub sepakbola asal Spanyol, Sevilla bangga menjadi seorang Muslim, dan itu ia tunjukan dengan jelas dalam aksi, sikap hidup, atau selebrasinya.
Hidup di Barat, dan bergelut dengan budaya serta kebiasaan yang banyak bertentangan dengan prinsip hidup seorang Muslim, memang berat. Apalagi di dunia sepak bola, satu bidang olahraga yang paling popular di Eropa dan sangat memberi ruang pada kebebasan duniawi. Bahkan cenderung membuat orang lupa akan nilai-nilai agama. Kalaupun ada, untuk insan pesepak bola Muslim, diharuskan berhati-hati. Bukan rahasia lagi, sentimen agama masih keras dirasakan, selain juga anti-Islam yang banyak didengungkan oleh banyak pihak.
Kita tentu mengenal beberapa nama terkenal yang menghiasi dunia bola internasional. Misalnya saja, Zinedine Zidane. Jika Anda pergi ke tanah Arab dan berjumpa dengan seorang penggila bola di sana, maka jangan heran jika Zidane dianggap dewa, dikagumi sedemikian rupa. Alasannya? “Zidane seorang Muslim!”. Tapi apa daya, jarang sekali, bahkan mungkin kita tidak pernah melihat Zidane menunjukan sikapnya yang Muslim itu sendiri. Jika merayakan gol, Zidane biasa saja. Berita-berita tentang keseharian Zidane yang menunjukan kebiasaan Muslimnya, amatlah minim. Terus, kedua anak Zidane pun diberi nama Enzo dan Luca, dua nama yang sama sekali tidak mencirikan identitas Islam.
Zidane hanya satu contoh. Di Jerman, ada Franck Ribery yang juga Muslim namun—maaf—masih ikut menenggak bir ketika Bayern Muenchen juara liga. Di Premier League, Nicolas Anelka sering meletakan dua tangannya usai mencetak gol sebagai tanda syukur yang menunjukan ia seorang Muslim. Namun, media Inggris juga ramai memberitakan kehidupan bebasnya. Wallohu alam.
Namun, berbeda dengan Frederic Kanoute. Di dalam dan luar lapangan, ia adalah Muslim sejati. Siapa Kanoute?
Karir Sepakbola Kanoute
Kanoute terlahir dengan nama Frederic Oumer Kanoute di Sainte-Foy-lès-Lyon, 2 September 1977. Walaupun lahir di Prancis, tetapi Kanoute lebih dekat dengan Negara asal kedua orang tuanya, Mali. Ini dikarenakan ikatan Muslim yang melekat dalam dirinya.

Karir sepakbolanya dimulai di klub Prancis, Lyon. Ia memulai di usia yang cukup belia yaitu 18 tahun. Tahun 2000, Kanoute direkrut oleh salah satu klub Liga Inggris, West Ham United. Di klub ini, ia main sebanyak 84 kali dan menghasilkan 29 gol. Jumlah yang cukup banyak untuk ukuran pendatang baru saat itu. Karena aksinya itu, Kanoute diminati klub yang lebih besar. Pada tahun 2002, ia pun hijrah ke Tottenham Hotspur. Di Spurs, Kanoute hanya bertahan dua musim dengan torehan gol sebanyak 21. Namun karir cemerlang Kanoute sebenarnya semakin nampak ketika ia mulai bermain untuk Sevilla, klub Spanyol. Di klub ini, kecuali musim pertamanya dan musim 2008-2009, Kanoute selalu mencetak gol lebih dari 20 gol setiap musimnya. Jumlah yang hanya bisa diraih segelintir penyerang saja.
Keislaman Kanoute
Kanoute tak pernah sungkan dalam menunjukan identitas keislamannya, baik di luar lapangan ataupun di dalam lapangan. Di lapangan misalnya, setiap kali mencetak gol, ia tak pernah lupa merayakannya dengan cara-cara yang “berani”. Misalnya dengan bersujud dan atau gerak tangan seperti orang Islam yang telah berdoa.

Dalam kondisi apapun, Kanoute tetap menjalankan kewajibannya untuk shalat. Tak jarang ia shalat di kamar ganti dan disaksikan oleh rekan-rekannya. Awalnya ritual itu membuat heran sesama pemain yang memang notabene non-Islam, namun lama-kelamaan, hal itu menjadi pemandangan yang biasa. Bahkan rekan-rekannya di Sevilla memberikan toleransi yang besar kepada Kanoute untuk melaksanakan keyakinannya.

Jika Ramadhan mendatang, Kanoute tetap menjalankan ibadah puasa. Baik ketika latihan ataupun bertanding. Namun, khusus ketika berlatih, pelatih fisik Sevilla memberikan kelonggaran kepada Kanoute untuk berlatih tidak secara penuh. Sedangkan dalam pertandingan, Kanoute tetap bermain penuh dan profesional kendati tidak makan dan minum. Untungnya, pertandingan Liga Spanyol lebih banyak dimainkan pada waktu malam hari, terutama untuk klub-klub besar.

Simpati Untuk Palestina.
Ketika Gaza tengah diobrak-abrik Israel, ribuan rakyat Palestina syahid akibat agresi kaum Yahudi Zionis Januari silam, Kanoute tercatat hanya satu-satunya pesepakbola yang menyampaikan simpati dan dukungannya kepada Palestina. Hal itu ia tunjukan dengan cara membuka bajunya untuk memperlihatkan kaos dalamnya yang bertuliskan "Palestine". Kata Palestina itu ditulis juga dalam beberapa bahasa yang lain. Itu ia lakukan dalam pertandingan Sevilla kontra Deportivo La Coruna.

Aksi Kanoute tersebut mengundang banyak komentar dan reaksi. Federasi Sepak Bola Spanyol (REF) memberlakukan denda kepada Kanoute sebanyak 3000 euro atau sekitar Rp. 45 juta. Keputusan Federasi Sepak Bola Spanyol ini menuai aksi protes dari segala penjuru. Peraturan federasi Spanyol melarang para pemain menunjukkan berbagai publisitas atau slogan-slogan sepanjang pertandingan berlangsung. Menurut federasi itu, hukuman tersebut tidak mempermasalahkan sifat dasar politik dari pesan itu. Tetapi mereka menyoroti fakta bahwa sang pemain telah menunjukkan suatu pesan yang dinilai melanggar peraturan. Pep Guardiola, pelatih Barcelona, membela Kanoute untuk aksinya itu.
Tanggapan Kaonute? ”Itu merupakan sesuatu yang saya rasa harus saya lakukan. Setiap orang seharusnya merasa bertanggung jawab saat menyaksikan ada suatu situasi yang sangat tidak adil itu. Saya merasa 100 persen bertanggung jawab atas apa yang saya lakukan dan saya tidak takut atas sanksi itu,” ujarnya kepada televisi swasta Telecinco.
Muslim di Luar Lapangan
Kanoute memang dikenal sebagai muslim yang taat. Pada tahun 2007 misalnya, pemain terbaik Afrika 2007 ini pernah memberikan gajinya selama setahun, sebesar 700.000 dolar AS atau sekitar Rp 7 miliar untuk menyelamatkan masjid terakhir yang ada di Sevilla. Masjid tersebut sedianya akan dijual karena populasi Muslim di kota tersebut mulai punah. Pemerintah setempat pun akhirnya memberi nama tempat ibadah tersebut sesuai dengan sang pembeli.

"Jika tidak ada Kanoute, kami tidak akan beribadah pada hari Jumat lagi, di mana itu adalah hari yang suci bagi umat muslim," tukas wakil dari komunitas Islam Spanyol, sesaat setelah Kanoute membeli Masjid tersebut, seperti dilansir AFP.
Ketaatan Kanoute dalam mengamalkan ajaran Islam juga mendapat dukungan penuh dari Sevilla. Ia diberi jersey (seragam) khusus tanpa sponsor. Hal itu karena sponsor utama Los Palanganas, 888.com, adalah situs judi yang bertentangan dengan ajaran Islam. Ia juga menyumbangkan seluruh hasil penjualan kaosnya untuk beramal. (sa/bbc/wkpd)


3.  Franck Ribery


Ia dikenal sebagai pribadi yang santun, rendah hati, dan rajin melaksanakan shalat lima waktu, di mana pun dan pada kondisi apa pun. Bagi penggemar sepak bola dunia, tentu sudah tak asing dengan nama Franck Ribery, gelandang serang asal Prancis yang kini bermain di klub raksasa Bundesliga (Jerman), Bayern Muenchen.
Begitu juga, dengan mantan pemain terbaik dunia asal Prancis, Zinedine Zidane, Nicholas Anelka (Chelsea/Prancis), Frederik Kanoute (Sevilla/Mali), Khalid Bouhlahrouz (Sevilla), Zlatan Ibrahimovic (Inter Milan/Swedia), Eric Abidal (Barcelona/Prancis), Kolo Toure (Chelsea), dan Yaya Toure (Barcelona). Mereka adalah pemain sepak bola yang beragama Islam dan menjadi andalan klub maupun negaranya masing-masing.
Berbeda dengan pesepak bola Muslim lainnya, yang lebih dulu memeluk Islam, Franck Ribery justru memeluk Islam setelah bermain di klub asal Turki, Galatasaray, pada 2005.
Secara singkat, Ribery mengatakan, dia memilih ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW ini karena menemukan kedamaian dalam Islam. Baginya, Islam adalah sumber kekuatan dan keselamatan. ”Islam adalah sumber kekuatan saya di dalam dan di luar lapangan sepak bola. Saya mengalami kehidupan yang cukup keras dan saya harus menemukan sesuatu yang membawa saya pada keselamatan dan saya menemukan Islam,” kata Ribery.
Senantiasa berdoa Pesepak bola bermata biru yang memperkuat tim Prancis itu memulai karier sepak bolanya, dengan bergabung dengan tim Boulogne di tanah kelahirannya. Kemudian, ia pindah ke tim Ales, Brest and FC Metz. Kepindahannya ke Olympique Marseille membawanya ke posisi pertama bintang sepak bola Prancis paling populer pada bulan Agustus, Oktober, dan November 2005.
Ribery terpilih untuk memperkuat tim Prancis pada Piala Dunia FIFA tahun 2006 yang digelar di Jerman. Pada 2006 itulah, jati diri Ribery yang telah menjadi mualaf dan memeluk agama Islam terkuak dan menjadi pemberitaan di tengah pertandingan pembukaan antara tim Prancis melawan tim Swiss saat acara Piala Dunia 2006. Ketika itu, Ribery tersorot publik tengah menengadahkan tangan sebelum pertandingan dimulai. Ribery tengah berdoa, seperti yang dilakukan seorang Muslim. Saat itulah, banyak orang terkaget-kaget dengan sikapnya. Namun, berkat kecemerlangannya dalam bermain bola, publik pun tak menghiraukan perilaku dan kebiasaan Ribery.
Namun, rutinitas berdoa sebelum pertandingan itu akhirnya terkuak juga. Dan, Ribery mengaku sebagai penganut Islam. Ia menemukan kedamaian dalam agama Islam dan menjadi spiritnya dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, tak terkecuali saat bermain bola. Kabar Ribery masuk Islam, menyeruak sejak awal tahun 2006.
Kabar itu mula-mula dilansir L’Express. Majalah ini menyebut adanya pemain nasional Prancis yang secara teratur beribadah di masjid di selatan Marseille. Mingguan itu tidak menyebut nama secara eksplisit, namun yang dimaksud adalah Ribery. Kendati aksi berdoanya di lapangan hijau telah menarik perhatian publik Prancis, Ribery tetap enggan mengemukakan keyakinan barunya itu secara terbuka.
Gelandang kanan klub Olympique Marseille ini mengatakan, keimanan barunya adalah perkara pribadi, tak perlu publikasi. Alhasil, sejumlah spekulasi pun bermunculan. Ada yang menyebut perubahan itu terjadi sejak Ribery bermain bersama klub Galatasaray pada 2005. Ia membantu klub raksasa Turki tersebut memenangi Piala Turki pada tahun 2005. Semasa menetap di Turki, pemain kelahiran Boulogne-sur-Mer, Prancis, 7 April 1983, ini dikabarkan kerap berbaur dan berdiskusi dengan komunitas Muslim di sana. Ada pula yang menyebut istri Ribery, Wahiba Belhami, yang asli Maroko itu memainkan peran penting terhadap perubahan Ribery.
Ribery memang setahun tinggal di negara berpenduduk mayoritas Muslim itu. Di sana, Ribery berkenalan dengan Wahiba yang kemudian ia peristri. Konon Wahiba berperan besar menuntun Ribery mengenal ajaran Islam. Dari pernikahan tersebut, Wahiba memberinya dua anak, Hizsya dan Shahinez.
Kedua versi itu tak pernah dibantah atau dibenarkan oleh Ribery. Namun, kepada majalah Paris Match, ia mengungkapkan, Islam telah membawanya pada keselamatan. ”Islam juga yang menjadi sumber kekuatan saya di dalam maupun di luar lapangan,” ujar Ribery kepada majalah Match tanpa menjelaskan sejak kapan memeluk Islam.
Ia menambahkan, ”Saya menjalani karier yang berat. Saya kemudian berketetapan hati untuk menemukan kedamaian. Akhirnya, saya menemukan Islam.” Tidak pernah tinggalkan shalat Keimanan dan kepribadian Ribery sebagai seorang Muslim tampaknya tak perlu diragukan.
Di tengah padatnya jadwal pertandingan, bapak dua anak ini tak pernah lupa dengan kewajibannya sebagai Muslim. Ia senantiasa melaksanakan shalat lima waktu, di mana pun dan dalam kondisi apa pun. Baginya, shalat merupakan tiang agama yang harus ditegakkan. Selain rajin melaksanakan shalat, Ribery juga dikenal sebagai pribadi yang santun dan rendah hati.
Islam benar-benar telah mengubah perangainya yang keras dan arogan menjadi seorang pribadi yang santun dan memiliki akhlak mulia. Sifat dan akhlaknya ini tak heran membuat kagum rekan-rekannya di timnas Prancis, FC Bayern Muenchen (tempat ia bermain bola saat ini), maupun kerabatnya.
Steve Bradore dari Organisasi Syuhada, yang melayani para mualaf Prancis, telah mengatakan bahwa muslim Prancis merasa bangga sekali dengan Ribery. ”Dia adalah sumber kebanggaan kami karena penampilannya yang khas dan kerendahhatiannya,” kata Steve, seperti dikutip dari situs Islamonline.net.
Saat ini, Ribery membela klub sepak bola Jerman, FC Bayern Muenchen. Di Bayern Muenchen, ia menempati posisi sebagai pemain gelandang. Kontrak Ribery bersama ‘FC Hollywood’–julukan Bayern Muenchen–akan berakhir pada 2011. Ribery termasuk pesepak bola sukses.
Di usianya yang baru 26 tahun, dia sudah mengoleksi berbagai gelar. Antara lain, satu gelar Fortis Piala Turki bersama Galatasaray di musim 2004/2005, Piala Intertoto bersama Olympique Marseille di tahun 2005, Piala Liga Jerman bersama Bayern Muenchen di tahun 2007, Piala Jerman dan Bundesliga Jerman di tahun 2008. Selain itu, penghargaan Pemain Terbaik Prancis di tahun 2007 dan 2008, juga pesepak bola Jerman terbaik di tahun 2008. sya/dia/berbagai sumber Franck Ribery yang lahir di Boulogne-sur-Mer, Perancis, 7 April 1983 memiliki tinggi badan 175 cm.
Sebelum bermain di FC Bayern Muenchen, Jerman, pemain yang beroperasi sebagai gelandang serang ini berkarir di klub US Boulogne (2001-2002), Olympique Ales (2002-2003), Stade Brestois 29 (2003-2004), FC Metz (2004), Galatasaray (2005), dan Olympique Marseille (2005-2007). Raja Bavaria Di lapangan, ia hebat.
Dalam kehidupan sosial, ia berkepribadian hangat. Sebagai individu, ia pun rajin salat. Franck Ribery adalah figur kesayangan publik Allianz Arena saat ini. Bayern Munich selalu dihuni pemain berlabel bintang, tapi yang paling menonjol tergantung waktu dan kesempatan.
Duet striker Miroslav Klose dan Luca Toni boleh menyita perhatian lewat produktivitas golnya, tapi Ribery amat menonjol dalam hal kreasi permainan di lapangan tengah. Tidak salah Bayern memecahkan rekor transfernya untuk memboyong pria berusia 26 tahun itu. Faktanya, dalam tujuh bulan sejak bergabung dengan Bayern Muenchen, Ribery sudah berhasil menancapkan pengaruhnya, baik di klubnya maupun Bundesliga.
Pemain seharga 26 juta euro makin disenangi orang karena pembawaannya yang menyenangkan dan sikapnya selalu profesional. Di saat cuaca dingin bulan Februari masih mengakrabi Munich dan ia tengah berkutat dengan cedera kaki, Ribery tidak malas untuk tetap menghangatkan tubuhnya dengan muncul di kamp latihan.
Ia juga tak pernah menolak fans yang menginginkan tanda tangannya ataupun berfoto bersama, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Dan, itu senantiasa ia lakukan dengan senyum mengembang di bibirnya. “Mereka mungkin tak pernah melihat seorang pemain, seperti saya yang senang tertawa dan biasa berkelakar,” seloroh Ribery. “Saya ini orang yang sederhana dan simpel saja.” Di koridor berbagai fasilitas kamp latihan Bayern, lelaki Prancis ini selalu menyapa orang-orang. “Saya ingin menjadi teman (siapa pun),” ujarnya sambil tersenyum, seperti dikutip AFP. “Dua menit untuk berfoto dan memberi tanda tangan buat fans amatlah penting karena buat mereka hal-hal ini sangat berarti.” Senyum, tawa, dan sikap yang ramah untuk sementara menjadi “andalan” Ribery dalam berkomunikasi dengan penggemarnya, sebelum ia bisa menyempurnakannya dengan bahasa Jerman. Ia masih belum fasih, tapi setiap minggu rajin mengikuti kursus.
Ribery juga merasa bersyukur dirinya telah berhasil dalam kariernya, mengingat di masa kecil ia harus menjalani kehidupan yang sulit bersama keluarganya di daerah Boulogne-sur-Mer. Namun, ia pun menyadari kesuksesan bukanlah sesuatu yang abadi. Roda nasib dalam kehidupan selalu berputar. “Atas semua yang telah saya alami, saya menyikapinya dengan tenang, tapi saya pun sadar pada semua nasib yang saya miliki.” Yang jelas, Ribery telah menjadi sosok istimewa buat warga Munich. Jangan heran kalau di depan Theatinerkirche, yang ada di pusat kota tersebut, terpampang billboard raksasa bergambarkan Ribery memakai jubah raja, disertai tulisan “Bayern Hat Wieder Einen Konig” alias “Bavaria punya raja lagi”.
Bavaria adalah julukan lain dari Bayern Muenchen selain FC Hollywood. Lelaki yang di wajahnya ada bekas luka karena kecelakaan mobil yang dialaminya waktu kecil itu, sudah dianggap sangat penting untuk FC Hollywood. Di sebuah surat kabar, ada sebuah komentar berbunyi: “Bayern Munich tanpa Ribery seperti sekelompok anak-anak tanpa ibu.
 
Franck Ribery, seorang pemain sepakbola nasional Perancis yang tidak mengumumkan perpindahan agamanya menjadi islam, merupakan pemain tengah yang selalu mengulurkan tangannya untuk berdoa sebelum tiap pertandingan dimulai.
Pemain yang sekarang berusia 25 tahun tersebut menganggap permasalahan agama barunya merupakan masalah pribadi dan tidak menyukai untuk berbicara didepan publik Perancis yang banyak tidak tahu tentang keislamannya.

Pemain lapangan tengah dan sayap kanan klub Olympique, marseille tersebut enggan untukmenceritakan proses dirinya menjadi muslim. namun dipercaya bahwa , peran penting istrinyalah -seorang muslim Maroko- yang membuat Frank menjadi muslim.
beberapa laporan mengisyaratkan dia menjadi Muslim ketika berada 1 tahun (tahun 2005) di klub Galatasaray, Turki, ketika dia berhasil membantu tim tersebut menjadi pemenang “turki Cup” tahun 2005.
dia jarang berbicara tentang bagaimana dia menemukan Islam, dan mengharapkan para Paparazzi (wartawan) untuk meninggalkan dirinya dalam kedamaian.
dalam sebuah komentarnya di majalah “Match” Paris, dia mengatakan merasa “safe” dengan Islam.
“Islam adalah sumber kekuatanku di luar atau didalam pertandingan,” katanya.
“saya menuju kepada karir yang sulit, dan saya ditentukan untuk mendapatkan kedamaian pikiran/hati yang akhirnya daya dapatkan di islam.

Islamnya Frank Ribery, pertama kalinya dibocorkan oleh majalah “L’express”, yang tidak menyebutkan nama bahwa ada seorang pemain tim nasional perancis yang seringkali ke masjid di selatan marseille.
ribuan orang Perancis tiap tahun berpindah agama menjadi Muslim, tetapi tidak semua mereka mendeklarasikannya secara terang-terangan, khawatir adanya sikap diskriminasi terhadap mereka, baik dirumah atau tempat kerja, dan beragam pandangan yang menganggap mereka sebagai ekstrimist, demikian menurut survei yang pernah dilakukan.
selain Franck, Philippe Troussier dan istrinya Dominique juga masuk islam di maroko, dimana mereka tinggal.
striker luar biasa yang menjadi Muslim, Anelka, yang pernah bermain di Saint-Germain Paris, arsenal, real madrid, Liverpool dan Manchester, akhirnya pindah ke Liga Turki setelah mendapatkan gangguan keamanan yang meningkat karena Keislamannya.
Perancis merupakan tempat tinggal 6-7 juta Muslim, muslim terbesar di eropa.
steve Bradore dari Organisasi Syuhada, yang melayani para muallaf, telah mengatakan bahwa muslim Perancis merasa bangga sekali dengan Ribery.
“dia adalah sumber kebanggan kami karena penampilannya yang khas dan kerendahhatiannya,” kata steve kepada “Islamonline.net”.

Ribery dianggap sukses menggantikan posisi pemain legendaris Zinedine Zidane yang telah keluar dari dunia sepakbola beberapa waktu yang lalu.
Ribery memulai karir sepakbolanya di klub Boulogne kota kelahirannya, lalu pindah ke Ales, Bres, dan FC Metz dalam waktu yang berurutan.
kepindahannya ke Olympique Marseille telah memberinya penghargaan pemain TOP Perancis untuk bulan agustus, Oktober dan November 2005. Dia juga dipilih masuk tim Perancis dalam kejuaraan dunia sepakbola tahun 2006 di Jerman.


4. Robin Van Persie : Beristrikan Muslima

Robin van Persie
Informasi pribadi
Nama lengkap Robin van Persie
Tanggal lahir 6 Agustus 1983 (umur 27)
Tempat lahir    Rotterdam, Belanda
Tinggi 1.88 m (6 ft 2 in)[1]
Posisi bermain Gelandang
Second striker
Striker
Informasi klub
Klub saat ini Arsenal
Nomor 11
Klub junior

Excelsior
Feyenoord
Klub senior1
Tahun Klub Tampil (Gol)
2001–2004
2004–
Feyenoord
Arsenal
061 (14)
105 (39)   
Tim nasional2
2003
2005–
Netherlands U21
Belanda
001 0(0)
033 (12)
1 Penampilan dan gol di klub senior
hanya dihitung dari liga domestik dan
akurat per 02:23, 18 Januari 2009 (UTC).
2 Penampilan dan gol di tim nasional
akurat per 02:23, 18 Januari 2009 (UTC).
Robin van Persie (lahir di Rotterdam, Belanda, 6 Agustus 1983; umur 27 tahun) adalah penyerang tim nasional sepak bola Belanda yang bertinggi badan 183 cm dan bermain di Inggris FA Premier League untuk tim Arsenal. Ia termasuk anggota Timnas Belanda yang memperkuat negara tersebut di Piala Dunia 2006, Piala Eropa 2008, dan Piala Dunia 2010. Van Persie merupakan pemain keturunan Indonesia. Ia juga seorang muslim.

Robin van Persie Beristrikan Muslimah
Agama memang masalah yang sensitif. Itulah yang dijalani striker Arsenal Robin van Persie. Kabarnya, van Persie telah memeluk agama Islam setelah menikah dengan istrinya asli Maroko.
Terlepas dari semua itu, tidak ada salahnya jika striker Belanda ini dikategorikan Muslim. Meski dalam beberapa wawancara yang dilakukan van Persie, dirinya tidak pernah mengakui jika telah berpindah agama menjadi Islam.
Itu dibeberkannya dalam sebuah wawancara. “Tidak benar. Saya bukan Muslim, juga bukan Kristen atau Yahudi. Saya dibesarkan secara liberal. Jika Anda ingin menjadi seorang Muslim, itu harus datang dari hati Anda sendiri. Saya tidak ingin melakukannya hanya untuk menyenangkan istri saya,” kata van Persie dalam sebuah wawancaranya.
Tersiarnya pengakuan van Persie tersebut, menimbulkan isu baru, van Persie penganut atheis. (net/jpnn)
Menanti Anak Kedua
Lahir 6 Agustus 1983, van Persie menjadi andalan Arsenal dan Belanda. Ia biasa bermain di sayap kiri ketika membela Tim Orange. Orang tuanya seorang artis, namun van Persie tidak mengikuti jejak kedua orang tuanya, tapi dia memilih sebagai pemain sepak bola dan bergabung dengan SBV Excelsior. Tak lama kemudian dia bergabung, Feyenoord, dan  menghabiskan tiga musim.
Konfliknya dengan pelatih Bert van Marwijk membuat van Persie pindah ke Arsenal tahun 2004.
Menikah dengan istrinya, Bauchra beragama Islam, van Persie dikarunia seorang anak. Mereka tinggal di London. kini menanti kelahiran anak keduanya. (net/jpnn)

5.  Nicolas Anelka: Islam Memberikan Kedamaian dan Ketenangan Hidup


Bagi Anelka, Islam merupakan sumber kekuatan dan petunjuk dalam hidupnya
20090831115009Bagi penggemar sepak bola dunia, terutama pendukung klub Inggris, Chelsea Football Club, tentu tak asing dengan nama Nicolas Anelka. Anelka adalah salah satu striker paling berbahaya apabila berada di depan mulut gawang lawan.
Anelka dikenal sebagai  striker yang sangat produktif dalam menciptakan peluang dan menjebloskan si kulit bundar ke gawang lawan. Pada Liga Primer Inggris ( England Primiership League /EPL) 2008-2009 lalu, Nicolas Anelka menjadi pencetak gol terbanyak ( top score ) dengan 22 gol. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan kompatriotnya, Didier Drogba, penyerang Chelsea asal Pantai Gading.
Nicolas Anelka dan Didier Drogba, adalah salah satu duet  striker yang sangat ditakuti di liga Inggris. Keduanya dikenal sebagai  striker yang haus gol.Anelka termasuk sebagai pesepak bola papan atas dunia. Di klub yang dibelanya saat ini, Chelsea, Anelka menjadi salah satu pemain utama jika tidak sedang dibebat cedera.
Di balik kegarangannya dalam menceploskan si kulit bundar ke gawang lawan, Nicolas Anelka memiliki sikap yang sangat dingin. Ia sangat jarang tersenyum ketika sudah berada di lapangan. Terkadang, rekan-rekannya sering merasa serbasalah ketika berbicara dengannya. Dirinya sangat fokus pada permainan.
Di lini depan  The Blues, Chelsea, Anelka dikenal sebagai pemain yang kalem dalam bersikap, namun garang di depan lawan. Ia juga terbilang pemain yang tenang dan tidak emosional.
Kondisi ini bertolak belakang saat ia masih memperkuat Real Madrid, Liverpool, Manchester City, dan Arsenal. Ketika itu, pria kelahiran Versailles, Prancis, ini dikenal sebagai pria yang suka  ngambek dan emosional.

Memeluk Islam

Kini, Anelka di kenal dingin, tidak meledak-ledak, dan tidak suka  ngambek lagi sejak bermain di Chelsea. Apa gerangan yang terjadi dengan Anelka? Apa yang menyebabkan dirinya makin bijak dan tenang itu?Dalam wawancara dengan sebuah media di Inggris, ketika ditanyakan tentang sikapnya yang kini dingin dan lebih dewasa itu, Anelka menjawab ringan.
”Islam banyak membantu saya untuk bisa bersikap tenang dan berkonsentrasi dan memiliki semangat tinggi. Saya senang menjadi seorang Muslim, sebuah agama yang tenang dan saya banyak belajar dari Islam,” tutur Abdul Salam Bilal Anelka, nama Muslimnya.
Sebelumnya, Anelka sempat menyembunyikan identitas keislamannya dari hadapan publik. Bahkan, tak seperti rekannya Franck Ribery, pemain FC Bayern Muenchen, Jerman, asal dari Prancis, yang selalu berdoa ketika pertandingan akan dimulai. Anelka justru diam saja dan benar-benar menyembunyikan identitas Muslimnya.”Bagi saya, agama adalah masalah pribadi, tak perlu diungkapkan ke publik,” terangnya.
Namun belakangan, ketika publik sudah mengetahui identitasnya sebagai pemeluk agama Muhammad SAW, Nicolas Anelka justru makin terlihat arif dan bijaksana.Sejak kapan Anelka memeluk Islam? Ternyata, kepindahannya ke klub asal Turki, Fenerbahce, selepas bermain di Manchester City selama tiga musim, pada tahun 2004 Anelka mendapatkan hidayah untuk memeluk Islam. Karena itu, pemilik nama lengkap Nicolas Sebastien Anelka ini mengumumkan secara resmi perihal perpindahan dirinya menjadi seorang Muslim.
Dilahirkan di Versailles, Prancis, pada 14 Maret 1979, Anelka menghabiskan masa kecilnya di Trappes, sebuah kota kecil yang berada di pinggiran barat Paris.Sebelum menjadi seorang Muslim, Anelka adalah seorang ateis (tak beragama). Ia juga bukan pemeluk agama Kristen seperti yang diperkirakan oleh sebagian orang. Ia dulunya benar-benar tak memiliki Tuhan.
Namun demikian, di saat dirinya tak beragama itu, Anelka banyak bergaul dan menjalin persahabatan dengan keluarga Muslim. Dan, dari situlah Anelka mulai tertarik dengan Islam. ”Saya menjadi seorang Muslim sejak saya berusia 16 tahun,” curhatnya dalam wawancara dengan majalah Arab, Super Magazine .
Kepada para pembaca majalah FourFourTwo, pemain asal Prancis ini mengungkapkan alasannya mengapa memilih Islam. Islam, kata dia, adalah cara hidup yang cocok dengan dirinya. ”Saya merasa nyaman dan tenang dengan agama dan hidup saya saat ini. Tapi, ini masalah pribadi dan itu mengapa saya tidak membicarakan hal itu selalu sering. Itu adalah sisi pribadi saya.”

Menganut Islam, diakui striker Chelsea ini banyak membawa perubahan positif dalam hidupnya. Menurutnya, agama Islam menuntunnya untuk tetap bersikap arif. Dan, hal inilah yang melatarbelakangi sikap tenangnya saat berlaga di lapangan.”Islam banyak membantu saya untuk bisa bersikap tenang dan berkonsentrasi dan memiliki semangat tinggi,” tuturnya.
”Saya senang menjadi seorang Muslim, sebuah agama yang tenang dan saya banyak belajar dari Islam,” tambahnya. Dalam wawancara yang dimuat di Match, majalah terbitan Prancis, Anelka mengungkapkan bahwa Islam adalah sumber kekuatannya di dalam maupun di luar lapangan. ”Saya menjalani karier yang berat. Saya kemudian berketetapan hati untuk menemukan kedamaian. Dan, akhirnya saya menemukan Islam.”
Di kehidupan pribadi, Anelka menikah dengan seorang perempuan berkebangsaan Belgia, Barbara Tausia, pada 9 Juni 2007 di Marrakesh, Maroko. Pernikahannya dengan wanita yang berprofesi sebagai seorang koreografer ini tidak membuat Anelka memilih meninggalkan keyakinan barunya tersebut. Bahkan, Anelka berencana untuk tinggal di Uni Emirates Arab setelah pensiun nanti. Dan, di sela-sela bermain sepak bola, Anelka kerap bermain tenis dan pernah bermain untuk satu film berjudul ”Le Boulet” sebagai pemain sepak bola bernama Nicolas.
Tetap berpuasa
Sebagai seorang pemain sepak bola profesional dan penganut Islam yang taat, kewajiban berpuasa selama bulan Ramadhan tidak membuat Anelka kesulitan untuk tetap menjalankan aktivitasnya di lapangan hijau. Seperti kebanyakan pemain sepak bola Muslim lainnya di Liga Premier, Anelka berusaha tetap menjalankan ibadah puasa.
Dalam sebuah wawancara dengan majalah FourFourTwo, peraih Golden Boot Premiership musim kompetisi 2008/2009 ini mengungkapkan bahwa sebagai seorang Muslim yang taat, ia wajib menghormati bulan Ramadhan dengan menjalankan kewajiban puasa.”Sebetulnya puasa bukan suatu hal yang sulit untuk dijalankan. Saya pernah melakukannya beberapa kali. Namun, dalam beberapa kali Ramadhan saya mengalami dua atau tiga cedera. Sehingga, hal itu membuat saya tidak bisa berpuasa.”

Ucapkan Syahadat di Fenerbache
Musim lalu,  striker Chelsea Nicolas Anelka menjadi pencetak gol terbanyak Liga Premier.  Striker Prancis ini memang berambisi untuk kembali menjadi top skor bersama rekan satu timnya, Didier Drogba.
Sejak menyatakan diri pindah memeluk agama Islam tahun 2004 lalu, Anelka juga menyandang nama Islam, yakni Abdul Salam Bilal Anelka. Diyakini kepindahan Anelka memeluk agama Islam ini ketika dia membela raksasa Turki, Fenerbahce, setelah tiga musim bermain untuk Manchester City, Inggris. Memulai karier di Paris Saint-Germain, namun setelah itu pindah ke Arsenal, Anelka langsung menjadi pemain utama dan meraih gelar pemain muda terbaik versi PFA.
Usai bermain untuk  The Gunners , julukan Arsenal, Anelka pindah ke Real Madrid tahun 1999 dengan nilai transfer 22,3 juta pound. Sayangnya ia tak betah dan kembali lagi ke klub lamanya, Paris Saint-Germain, dengan nilai transfer lebih rendah, yakni sebesar 20 juta pound.
Meski sudah nyaman di Paris, Anelka kembali mengincar Liga Premier dan bermain untuk Liverpool pada Januari 2002 dengan status pinjaman. Setelah itu, dia bergabung dengan Manchester City dengan transfer senilai 13 juta pound di awal musim 2002-2003. Setelah merumput selama tiga musim bersama Manchester City, kemudian dia pindah ke Fenerbahce.
Di klub Turki inilah, Anelka diyakini mengucapkan dua kalimat syahadat. Setelah dari Fenerbahce, Anelka kembali Lige Premier Inggris. Di benua biru ini, Anelka bergabung dengan Bolton Wanderers yang memboyongnya dari Fenerbache dengan nilai transfer 7-8 juta pound.Kemudian, pada musim kompetisi 2008/2009, Anelka pindah ke Chelsea dengan nilai transfer 15 juta pound. Ia mulai bergabung dengan  The Blues pada Januari 2008 silam, dan menjadi pencetak gol terbanyak dengan 22 gol. dia/sya/berbagai sumber [republika]
Biodata :
Nama Lengkap : Nicolas Sebastien Anelka
Nama Muslim : Abdul Salam Bilal Anelka
TTL : Versailles, Prancis, 14 Maret 1979
Istri : Barbara Tausia
Klub Saat ini : Chelsea FC
Masuk Islam : 2004
Karier Profesional :
1. Paris Saint-Germain/PSG (Prancis)
2. Arsenal (Inggris)
3. Liverpool (Inggris)
4. Real Madrid (Spanyol)
5. Manchester City (Inggris)
6. Fenerbahce (Turki)
7. Bolton Wonderes (Inggris)


Beberapa Pesepak Bola Muslim
- Zinedine Yazid Zidane
- Kolo & Yaya Toure (Manc. City & Barcelona)
- Mohammed ‘Momo’ Sissoko (Juventus)
- Ahmed ‘Mido’ Hossam (Boro)
- Hossam Ghaly (Totteham Hotspurs)
- Hamit & Halil Antiltop (Bayern Muenchen & Shalke 04)
- Mahamaddou Diarra (Real Madrid)
- Eric Abidal (Barcelona)
- Nuri Sahin (Feyenoord Rotterdam)
- Sulley Ali Muntari (Inter)
- Zlatan Ibrahimovic (AC Milan)
- Hassan “Brazzo” Salihamidzic (Juventus)
- Khalid Boulahrouz (Sevilla)
- Salomon Kalou (Chelsea)
- El-Hadji Diouf (Bolton)
- Diomanssy Kamara (Fulham)
- Mohammed Kallon (Al-Ittihad ext. Inter & Monaco)
- Thiery Henry (Prancis)
- Lilian Thuram (Perancis)
- Lassana Diarra (Real Madrid)
- Karim Benzema (Real Madrid/Perancis)
- Samir Nasri (Arsenal)
- Hatem Ben Arfa (Lyon)

cukup ini dulu ya?? cape nulis na... nanti ditambah lagi info na deh...



Klub Favoritku